Sejarah Kurikulum Indonesia

BANGSA yang besar adalah bangsa yang mempunyai kurikulum pendidikan yang bagus dan stabil (tidak berubah-ubah) serta memberi motivasi pelajarnya agar bisa meningkatkan standar mutu pendidikannya di kemudian hari.

Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap.

Tahun 1950 ada kurikulum SD yang disebut “Rencana Pelajaran Terurai”. Pada tahun 1960 muncul “Kurikulum Kewajiban Belajar Sekolah Dasar”. Tahun 1968 dikenal “Kurikulum 1968” pengganti “Kurikulum 1950”. Lalu tahun 1970 muncul “Kurikulum Berhitung” diganti dengan pelajaran matematika modern.

Tahun 1975 disebut “Kurikulum 1975” yang fokus pada pelajaran matematika dan Pendidikan Moral Pancasila serta Pendidikan Kewarnegaraan. Pada tahun 1984 menyempurnakan Kurikulum 1975 dengan “Cara Belajar Siswa Aktif” (CBSA).

Tahun 1991 CBSA dihentikan lalu muncul “Kurikulum 1994”. Tahun 2004 dikenal “Kurikulum Berbasis Kompetensi” (KBK), yang dipelesetkan jadi Kurikulum Berbasis Kebingungan.

Terakhir tahun 2006 muncul “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan” (KTSP), entah berapa tahun lagi ada kurikulum baru yang membuat bingung semua pihak. Siswa kita jangan dijadikan “kelinci percobaan”. Majulah pendidikan Indonesia.

Wisnu Widjaja
Jln. Sindoro I No. 16
RT 11 RW 02 Panggung
Kota Tegal

diambil dari surat pembaca hU pikiran Rakyat

41 responses to “Sejarah Kurikulum Indonesia

  1. asslmlkm
    Sy bkn pengamat apalagi pratkisi penidikan, sy hanyalah seorang pelaku (atau ‘objek’?) pendidikan yang (alhamdulillah) telah merasakan bagaimana ‘nano-nano’nya pendidikan kita selama hampir 16 thn lamanya. duh, sy koq kurang enak ya kalau kita disebut sebagai ‘kelinci percobaannya’ pemerintah. bukan sok pro-pemerintahan, tp mbok ya husnudzon ajalah, mereka bkn bermaksud menjadikan kita kelinci percobaan koq, itu hanyalah usaha mereka untuk mencari yang terbaik_karena kita memang harus terus berusaha mencari itu. yoklah kita dukung usaha dan kerja keras mereka, kalo bukan kita , siapa lagi? ya nggak?
    Buat semua yang pernah bernaung dibawah atap pendidikan formal, bersyukurlah atas nikmat itu.

  2. jika ingin pendidikan yang lebih baik, kita harus mengetahui ilmunya, bagaimana pendidikan yang baik itu. jika memang kurikulum tidak sesuai engan kemajuan ilmu yang ada saat ini mengapa harus kita pertahankan. bukankah l;ebih baik berusaha mencari yang terbaik ketimbang hanya duduk dan menerima masa lalu yang fakum dan tak ada perkembangan. majulah pendidikan indonesia.

  3. “Inovasi tanpa henti ” memang harus terus dilakukan di dunia pendidikan. Bukankah Pendidikan itu harus menjawab peradaban yang juga terus berkembang ?. Namun ada sebuah pertanyaan yang harus kita jawab tentang hal ini, benarkah kita serius untuk membuat kurikulum yang baik ?.

    Dan seorang sahabat sayapun yang dia adalah kandidat Doktor di bidang kurikulum berkata , ” entahlah kang….kami sudah memberi masukan, tapi kamipun bahkan tidak tahu bagaimana kurikulum-kurikulum itu dibuat ????….”

    Majulah pendidikan Indonesia…!!!!!

    • Assalamualaikum wr.wb.
      Sebelumnya saya mohon maaf karena saya sedikit kurang setuju dan ingin menanggapi sebagian isi artikel yang anda buat ini,serta memberi info terbaru (bagi saya pribadi karena baru dapatnya pagi hari tadi). Sedikit cerita masalah sumber info tersebut saya dapat pada saat saya mengikuti perkuliahan S2 di salah satu universitas, dengan materi kuliah “KURIKULUM”, saya pribadi juga sebenarnya sedikit terhenyak dengan info yang disampaikan salah satu dosen di perkuliahan tadi pagi itu, beliau menanyakan “bagaimana menurut anda-anda sekalian tentang kurikulum di Indonesia ini?” satu persatu kami peserta mata kuliah itu menjawab dengan lantang,percaya diri dan menggebu-gebu dan hampir semuanya intinya menyatakan kecewa dengan masa periode 5 tahun pergantian kurikulum itu terlalu singkat, sehingga sulit dipahami oleh pihak institusi. Dengan sabar dosen kami mendengarkan keluhan kami. Setelah hampir semua dari kami menjawab seragam, dosen itu menghentikan tanya-jawab itu dan langsung membuka sebuah artikel luar negeri berbahasa inggris di laptopnya yang kemudian ditunjukkan kepada kami semua. Dengan tenang beliau menjelaskan arti artikel tersebut yang isinya: :ternyata di luar negeri, kebetulan yang dijadikan contoh di artikel itu United Kingdom (Eropa) dan United State (Amerika), MASA PERGANTIAN SEBUAH KURIKULUM DI SEBUAH NEGARA BESAR PALING LAMA ADALAH 5 TAHUN SEKALI, “PALING LAMA LHO SAUDARA SAUDARA…” yang artinya sangat memalukan buat bangsa ini apabila kita menyebutkan kalau masa pergantian di negara kita ini yang 5 tahun itu terlalu cepat, sedangkan di Inggris saja sekitar setiap 2-3 tahun sekali sudah berganti kurikulum, justru mereka bisa dibilang lebih maju pengetahuannya dibanding kita yang menggunakan masa paling lama dalam perubahan kurikulum yang ada. Lantas yang jadi pertanyaan berikutnya “siapa yang patut disalahkan?? jawabannya adalah dari pihak guru pengajarnya sendiri”…. sampai pada kalimat ini saya berhenti mendengarkan dan menyimpulkan kalau sebenarnya yang salah selama ini bukan pemerintah dan bukan pula pada perkembangan globalisasi… Jadi marilah kita semua sebagai aktor pendidik mulai mengkoreksi diri sendiri kita masing-masing terima kasih atas perhatiannya .
      Wassalam…

  4. Nah, itulah Indonesia…

    segala bidang selalu dan pasti dikaitkan dengan dunia politik…
    Bahkan pendidikan pun akhirnya dipolitisasi…
    sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil masih berupa kebijakan instan, reaktif, tanpa memikirkan jangka panjang.

    Pembahasan untuk menetapkan kebijakan (termasuk kurikulum, maybe…), saya yakin sudah melalui pembahasan alot, diskusi panjang, berhari2 hingga berbulan2, dengan melibatkan para pakar di bidangnya.

    Keyakinan saya ini sama besarnya dengan kepercayaan saya bahwa rekomendasi dari kerja panjang tersebut masih dapat dikoreksi oleh ‘ia’ yang berhak mengoreksi, mengubah, dan menentukan.

    Maka dari itu, saat ‘ia’ berganti dengan ‘dia’, kebijakan berubah lagi…bukan meneruskan dan memperbaiki yang ada. Biasanya malah kembali ke nol,mulai dari awal…fyuh!…..

    Satu kesempatan saya pernah berdiskusi dengan salah satu koordinator Badan Penyelenggara Sertifikasi Guru yang mengatakan karya tulis ilmiah guru yang dilampirkan dalam portofolio sangat kurang layak. Bahasa amburadul, kurang sistematis, dan bla bla bla lainnya.

    “Ndak usah guru, mahasiswa S3 Indonesia saja masih kesulitan dalam membuat karya tulis. Misalnya, dalam menulis seringkali mereka mendahului dengan “Sebagaimana kita ketahui….”, lha itu wujud dia sendiri nggak paham, dan menggunakan kata itu sebagai tameng”.

    Menurut si bapak ini, salah satu penyebabnya adalah siswa tak dibiasakan dengan tugas karya tulis. Bahkan biasanya karya tulis baru dikenal di SMA, itu pun bisa dihitung dengan jari, padahal di negara lain (masih menurut si bapak), karya tulis sudah dijadikan satu poin pendukung kelulusan mulai tingkat sekolah dasar.

    “Saya sudah memberi masukan…tapi semua terserah pelaku di dunia pendidikan,” katanya.

    Amin, dunia pendidikan maju….
    Indonesia semakin maju…
    *_*

  5. ada satu hal bidang yang tidak pernah dikaitkan dengan politik ( secara Ilmu ) yaitu politik itu sendiri. Makanya perpolitikan di indonesia ini banyak yang aneh.

  6. Pendidikan Indonesia perlu direfleksi, apa sih yang membuat kurikulum kita sering diganti, faktornya adalah:
    “KEMISKINAN”
    1) Kemiskinan akhlak (moral) : Mengapa setiap ganti menteri pendidikan ganti kurikulum, karena kurikulu baru merupakan proyek besar menteri pendidikan dan departemennya untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya, belum lama ini kita membaca departemen kita yang terkorup adalah departemen agama dan pendidikan ironis bukan!!!
    2) Kemiskinan SDM : Pergantian kurikulum dengan tujuan yang jelas dan masuk akal dapat dicapai serta berguna untuk kemajuan bangsa, di Indonesia masih belum ditemukan. “Pergantian kurikulum” kita selama ini masih meraba-raba tanpa tujuan yang jelas dan bagaimana cara mencapai tujuan juga tidak jelas, tidak percaya silahkan tanya guru-guru kita dari TK s/d SMA apakah mereka tau tujuan kurikulum KTSP dan bagaimana mencapainya? mengapa tidak jelas karena yang membuat kurikulum tidak kompeten dan tidak tau kebutuhan masyarakat! sosialisasinya juga masih setengah-setengah!
    3) Kemiskinan ekonomi: Kita tau bahwa negeri ini masih jalan ditempat dari jaman penjajah sampai sekarang masih miskin, busung lapar dimana-mana, antrian sembako dimana-mana. bagaimana pendidikan akan berhasil kalo untuk makan saja susah, gurunya pusing dengan urusan pemenuhan kebutuhan rumah tangganya, siswanya kelaparan, apa lagi bayar sekolah, sekolahnya ambruk aduh sial amat negeri kita ini!
    Dari faktor-faktor di atas apakah kita musti pesimis terus bunuh diri, ah itu orang yang konyol dan tidak punya iman kali tul gak!
    Apa sih yang perlu kita benahi dunia pendidikan kita:
    1) kita tiru aja kurikulum di Jerman atau negara maju lainnya dengan penyesuaian disana-sini toh negara-negara maju dulu sama seperti kita prosesnya dari negara agraris juga.
    2) kita tambah porsi APBN untuk pendidikan 20% atau lebih dan di praktekkan tidak janji atau aturan doang, kemudian kita awasi dengan institusi independen untuk mengawasi aliran dana tersebut
    3) kita tingkatkan gaji dan kualitas guru-guru kita, kita tahu bagaimana Jepang, Malaysia bisa maju karena mereka sangat menghargai profesi guru-guru mereka!
    akhirnya TETAP SEMANGAT DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA !

  7. saya s7 banget dgn tlsan saudara,klw indonesia sering ganti kurikulum mlah akan membuat para guru kebinggungan dalam penerapan kurikulum yang baru itu,lgian klw sering ganti kurikulum butuh APBN jga,dari pda kbuang bwt ganti kurikulum kn mending di pakai bwt membntu masyarakat yg mmerlkan.

  8. Indonesia memang unik, kabinet kementriannya tak ubahnya seperti lakon senat mahasiswa, ganti presiden ganti program dan kesannya kaderisasi (serta tindak lanjut jangka panjang) hanya berupa siklus tanpa ujung dan perhentian. semoga Indonesia lebih baik lagi di masa depan

  9. Saya sendiri dari dulu juga bingung tentang kurikulum yang sering berganti, senada seperti yang dikutip oleh saudara Wisnu Widjaja diatas. Namun setelah saya bekerja dan terjung langsung dilapangan ternyata ada rasanya yang keliru tentang persepsi pergantian kurikulum ini. Apakah pemerintah yang kurang peka tentang “kemampuan mengajar” guru atau guru yang tidak mampu “mengembangkan pengajaran” yang dilakukannya. Pengalaman saya sewaktu duduk di SD, SMP dan SMA yang semua statusnya “‘sekolah ngeri”‘ rasanya tidak ada metode pengajaran yang berikan oleh guru benar-benar kontekstual, sehingga kemampuan siswanya segitu-gitu juga walaupun terjadi pergantian kurikulum pada saat itu. Apakah kurikulumnya tidak bagus ? Atau gurunya yang tidak kompenten ? Sekarang saya juga berprofesi sebagai guru sehingga membuat persepsi saya tentang pergantian kurikulum semakin berubah, bertambah mantap menurut saya sendiri. Setelah saya jalani dan amati sampai sekarang ini ternyata walaupun kurikulum sudah disempurnakan dengan baik (ktsp) menurut pemerintah, ternyata output yang dihasilkan juga sama saja. Hampir tidak ada beda antara kurikulum terdahulu dengan kurikulum terkini. Coba anda pecahkan masalah ini sesuai dengan pengalaman dan kondisi daerah anda sendiri.
    Menurut saya akar dari permasalahan itu yang menyebabkan pendidikan di indonesia ini jalannya terseok-seok adalah tidak tanggapnya pemerintah tentang kompetensi guru yang masih rendah, yang maunya apa adanya saja dalam mengadakan pengajaran tanpa pernah mau memikirkan metode atau strategi apa yang cocok yang diberikan sehingga membangkitkan kemauan atau semangat belajar siswanya. Belum lagi ketidakdukungan pemerintah atas keberhasilan pendidikan itu sendiri karena tidak menjalankan fungsi kontrol yang maksimal. Ditambah lagi sikap sebagian besar guru, baik yang berprofesi “pegawai ngeri” dan “pegawai swasta” yang memang tidak mau dan tidak mampu memikirkan langkah-langkah terbaik untuk mengatasi masalah tersebut. Siapakah yang harus menanggung dosa atas semua ini !
    Apakah pemerintah atau guru-grurunya ! Semoga apa yang saya tuliskan ini tidak sama seperti di daerah anda.

  10. saya seorang mahasiswa yang sedang belajar tentang perencanaan pengajaran. saat ini saya sedang mendalami materi tentang kurikulum. ketika saya membaca banyaknya tanggapan dari pribadi-pribadi yang mempunyai hati terhadap dunia pendidikan. wah rasanya saya ikut prihatin juga nich ….dengan banyaknya keluhan para guru yang mengalami kesulitan dalam menerapkan kurikulum KTSP bagaimana yaa… caranya mengatasi kurikulum yang memiliki tujuan pas untuk diterapkan di Indonesia ini. yang sungguh-sungguh dapat menguntungkan kedua belah pihak antara guru sebagai pelaksana kurikulum dan murid sebagai naradidik yang siap memperoleh hal baru. alangkah indahnya jika banyaknya orang yang lemah, miskin, tersingkir dan tertindas dapat terangkat drajat dan martabatnya dalam bidang pendidikan bukankah mereka adalah generasi penerus bangsa Indonesia ini. saya sebagai calon guru mencoba untuk memahami dan belajar akan pengalaman para pendahulu, ada sesuatu yang ingin saya tanyakan berkaitan dengan kurikulum di Indonesia ini. apakah tidak ada kurikulum yang sesuai atau relevan dengan situasi kemampuan anak-anak indonesia dewasa ini?

  11. sekali lagi, kita jangan biasa apriori. memang perubahan senantiasa dibutuhkan. tidak ada kemapanan di dunia ini. diam saja berubah koq. ttg kurikulum; sebaik apapun sangat tergantung ‘man behind the gun’. kurikulum yang baik hanya ada di tangan guru yang baik. murid sakti itu pasti dilahirkan oleh guru yang sakti, kata dunia persilatan Ko Ping Ho. mutu murid mutu guru. nah gimana kita punya guru yang bermutu. bagaimana profesi guru menarik dan jadi rebutan anak-anak pinter. Kalau masih begini terus, kesejhateraan guru dijanjiin terus, mana ada tertarik anak-anak pinter untuk jadi guru? Trus kapan majunya pendidikan kita? Kurikulumnya canggih, pendidikan gak maju-maju!

  12. Diskusi pendidikan yuk lewat dunia maya: mochammadrifai@yahoo.co.id Saya guru di SMA 2 Genteng, Banyuwangi, Jatim. Mantan Kasek SMP 1 Genteng Banyuwangi (2006-2008), SMP SBI angkatan pertama 2006.

  13. perubahan kuriklum yang sering terjadi di Indonesia ini membuat guru-guru menjadi bingung,belum beres kurikulum yang terdahulu datang lagi kurikulum yang baru…..

  14. Mas,,,saya lagi nyari alasan kenapa kurikulum berganti-ganti…
    sayang bgt, d blog mas cma ada perjalanan kurikulum tanpa memuat alasan pergantiannya.
    Ini sekedar saran, ntar-ntar tambahin alasan kenapa kurikulum berganti-ganti. Informasi itu akan sgt mbantu org2 yg menggeluti dunia pndidikn, seperti kami ini.
    Wassalm.

  15. Assalamualaikum. Kurikulum kita memang berganti-ganti, kurikulum kita memang terus disempurnakan (diubah). kenapa? karena Waktu juga terus berjalan, karena ilmu pengetahuan juga terus berkembang dan tuntutan zaman semakin banyak. Itu memang alasan klasik yang terus dijadikan masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan (khususnya yang bersangkutan dengan kurikulum) untuk menyempurnakan kurikulum. Walaupun itu adalah alasan klasik,tetapi itu adalah alasan utama kenapa individu/manusia harus terus mengembangkan potensinya sesuai dengan tuntutan zaman. Salah satu landsan pengembangan kurikulum adalah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan tuntutan pembanunan daerah, nasional, dan tuntutan IPTEK dan seni. Kurikulum juga bukan suatu tujuan, tapi adalah suatu jalan menuju tujuan. KTSP juga bukan suatu kurikulum yang baru, tapi KTSP adlah KBK yang sistemnya disempurnakan. Hanya sja alam KTSP, tiap sauan pendidikan dapat mengembankan kompetensi dasar dan indikator sesuai dengan potensi sekolahnya tersebut.

  16. Mau tanya pak.? Kurikulum di indonesia sekarang menggunakan apa? Soalnx kt temem2 dah di ubah.

  17. Mahmun Zulkifli

    Perubahan kurikulum wajib terjadi di setiap negara yang ingin maju sesuai dengan perkembangan zaman. rasanya Anda tidakmenguasai hal itu. Di Indonesia perubahan kurikulum kalau di ambil rata-rata mengalami perubahan setiap 8 tahun sekali, di negara maju perubahan kurikulum itu dilakukan setiap 4 tahun sekali atau 5 tahun sekali. Di Inggris perubahan kurikulum dilakukan setiap ada hal-haql yang baru dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semoga bermanfaat.

  18. sebenarnya ini adalah permasalahan klasik dan memang sulit untuk memecahkan” beton kali”, tapi sebagai penerus bangsa kita tetap harus berusaha yang terbaik, secara pribadi: saya sering berontak dalam diri ketika saya dibuat bingung oleh pendidikan, baik itu diswasta ataupun di negri, karna pendidikan kita yang ada di indonesia ini sudah yidak sesuai dengan tujuan negara, ” mencerdaskan seluruh anak bangsa yng ditanggung oleh negara”.
    posisi anak didik sekarang sangat delematis, dan tidak relistis, sekarang tidak harus menyalakan siapa siapa akan tetapi tanggung jawab bersama. dengan adany perubahan itu ada benarnya pakar pendidikan memikirkan tenteng anak didiknya sesuai pengalamannya ,akan tetapi tidak ahrus menyamaratakan. biar tdak terjdi kasus pembocoran jawaba. biar yang pintar itu muridnya bukan guru.
    betul tdak,,,,,,,,, sekedar masukan sipa tau bisa di rekomendasikan….. beberapa pengalaman yang saya ketahui dan saya pelajari . antara yangpro dan kontra….. yang peraturan pemerintah secara total tdak memikirkan potensi yang dimiliki oleh anak didik, yang kontra langsung banting setir mendirikan lembaga sedi sesuai dengan penelitian sendiri, ktakanlah pendidikan alter natif.
    dan untuk sekarang untuk pintar sngat lah MAHAL. ada apa pendidikan ini. tpi jangan kwatir sekarang dari SD sampai SMA ada progam sekolah gratis, akan tetapi failitasnya tidak memenuhi kebutuhan konteks lokal ataupun masa kekinian. untuk mendapatkan fasilitas mapan lagi2 kita harus kaya dulu, jadiorang MISKIN dilarang sekolah.klo bisa pendidikan ini jangan sampai ada perbedaan kelas, akan tetapi melihat potensi anak didik.toh itu demi kepentingan negara kook.
    dan juga peraturan/ kurikulum kalo bisa disesuikan dengan kbutuhan. jangan dibuat samarata, adil tidak harus sama kok. tpi saling memahami . maka pahamilah kami jangan dipaksa. biar tidak menelan korban lebih banyak lagi.
    MAJULAH NEGRIKU

  19. Kurikulum, itu mengalami perubahan adalah hal yang wajar. Asalkan perubahan itu menuju ke arah yang baik dan mencerdaskan. Apakah Indonesia telah memiliki kurikulum yang mencerdaskan ?

    Terlepas dari pertanyaan itu, saya apresiasi dengan blog ini dengan berbagai komentar yang lahir. Ini menandakan salah satu keberhasilan pendidikan, yaitu berpikir kritis. Saya melihat, dalam opini dan komentar di blog ini, nada-nada kritis terlontar, meski dengan cara pandang dan pemikiran yg variatif.

    Pada intinya, apa yang ingin saya sampaikan adalah, mari kita terus belajar dan bekerja keras untuk mencari ilmu,,, terlepas apa dan bagaimana kurikulum tersebut…

    Kita hargai kurikulum yang formal/resmi, tapi kita tidak boleh menutup mata dengan informasi dan Ipteks yang berkembang secara cepat.

    Sukses untuk Pendidikan Indonesia…
    Sukses Untuk semua….

    Wassalam,,,

    • Ass. Wr. Wb

      Terlepas dari tuntunan agama (khususnya Islam), bahwa kita tidak boleh untuk apriori, suudzon, berprasangka buruk, yang pada akhirnya akan menyibukan kita dalam membicarakan keburukan-keburukan orang lain ( dalam hal ini pemerintah ), terlepas dari itu, kita ketahui bahwa keilmuan bidang apapun akan senantiasa mengalami perubahan, karena sesuatuyang abadi di dunia ini hanyalah perubahan. oleh karenanya terjadinya kurikulum yang berubah-ubah itu sudah merupakanhal yang pantas.

      kurikulum formal / resmi yang “berubah-ubah” tersebut memang secara sengaja dan secara sadar dilakukan untuk mengakomodir perkembangan-perkembangan dan perubahan yang terjadi, itupun dituliskan dan digariskan dalam bentuk yang “minimal” dalam artian pengembangannya lebih lanjut bisa diserahkan kepada masing-masing orang, kenapa demikian, karena kecepatan belajar dan perkembangan individu masing-masing berbeda. jadi pemerintah menetapkan hal yang minimal tetapi dapat mengakomomodir perkembangan keilmuan.

      diatas dikatakan bahwa “ganti menteri, ganti kurikulum”, menurut saya itu terlalu berlebihan, kita tau dan bisa lihat juga di atas, sejak 1975 kita ganti sekitar tahun 1984, 1994, dan 2004 sementara pergantian menteri dilakukan 5 tahun sekali. sehingga saya ingin katakan bahwa, kita terlalu banyak suudzon dan terlalu kritis menilai, sehingga yang dilihat adalah suatu keburukannya saja

      pemerintah yang didanai oleh apbn tentu saja uang rakyat bekerja sepenuhnya untuk memajukan rakyat, melaksanakan misi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan, baik dalam undang-undang sisdiknas maupun dalam undang-undang dasar.

      demikian komentar saya, mohon maaf apabila tidak berkenan

      Wass Wr Wb

  20. statis ga selamanya berarti positiv. . .
    kemajuan teknologi dan sebagainya hendaknya dapat dimanfaatkan guna memberikan pelayanan pendidikan yang baik.

    bebaskan anak anak untuk bertanya. . .
    jangan batasi kreatifitas mereka.

    apapun kurikulum yang dianut oleh indonesia,
    usaha saja yang terbaik,,,
    belajar tak hanya di bangku sekolah, yang hanya menghapalkan konsep dan kesimpulan tanpa aplikasi.
    apa gunanya mereka sekolah jika hanya untuk, duduk di kelas,mengerjakan LKS,mengumpulkan tugas dan pulang tanpa membekas apaapa.

    buat seluruh pengajar di negeri ini biarkan para pelajar berkreatifitas da pertanyan2 mereka. . .

    berilah mereka bekal hidup yang nyata.
    bukan hanya sekedar hapalan kesimpulan dan se lembar kertas ijazah yang akhirnya mengombang ambingkan mereka di kota-kota besar sebagai pencari kerja yang tak punya modal apaapa. . .

    bless us then. . .
    waslm

  21. Perubahan!!! initinya bukan masalah kelinci percobaan, tetapi manusia harus berusaha dan berikhtirar bagaimana caranya agar sesuatu itu menjadi lebih baik dan menghasilkan yang terbaik.

  22. Marilah kita bersama ikut andil dalam perubahan , serta ikut memikirkan untuk memilih kurikulumyang cocok bagi anak bangsa .

    semoga kita mendapat hidayah untuk menemukan yang terbaik.

  23. format kurikulum pendidikan yang ada sudah bagus, cuma yang perlu diperhatikan jumlah dan kelayakan gedung belajar (kelas), media pembelajaran di sekolah dilengkapi dulu, peralatan dan bahan praktikum (laboratorium bahasa, mipa, dan komputer) di lengkapi, jumlah guru di sekolah digenapi (mulai dari kota sampai pelosok desa di Indonesia), anggaran pendidikan betul-betul disalurkan ke sekolah, gaji guru dicukupkan dan dibayarkan sebelum kering keringatnya, sehingga beliau-beliau itu (guru) bisa konsentrasi mendidik dan mengajar di sekolah (tidak perlu pake dipersulit seperti SERTIFIKASI sebagai syarat untuk mendapatkan tunjangan profesi; ini menunjukkan bahwa guru itu gampang diiming-iming tapi cuma diiming-iming; kasian deh guru). jadi menurut hemat saya kurikulum pendidikan di Indonesia itu sudah baik, kalau mau bikin proyek ya tidak perlu memperalat “kurikulum”.

  24. klo dr sy ndri sich…kurikul;um yg berubah2 membwt qt mkin byk berpkir kritis
    dan kdg jg bingung tp jg bagus bwt generasi2 baru biar menjadi berkreasi
    dalam pendidikan…..semangat trs bwt smwa PELAJAR TANAH AIR INDONESIA…..OK !!!!!!

  25. Rasulullah bersabda, “Didiklah anakmu agar mampu hidup di zamannya”. Artinya, kita mendidik anak untuk masa depannya, membekali mereka dengan pemikiran yang jauh ke depan, keberhasilan belajar dilihat bukan pada saat ini, melainkan beberapa tahun, atau mungkin belasan tahun ke depan. Kurikulum yang baik bukanlah kurikulum yang statis, karena kalau kurikulum statis, berarati kita memberikan “makanan basi” kepada anak yang “mau bertanding esok”. Idealnya kurikulum itu dinamis, memuat hal-hal pokok yang selalu dapat disesuaikan dengan kebutuhan di masa datang. Idealnya lagi, pengembangan kurikulum itu adalah guru, karena guru yang paham apa yang harus dipersiapkan bagi anak-anak dalam rangka mempersiapkan masa depannya.

    Menurut kajian saya, secara operasional di Indonesia belum pernah mengalami perubahan kurikulum. Kurikukum adalah iklim pembelajaran. Iklim yang terjadi dalam proses pembelajaran masih sama sejak zaman penjajahan. Anak duduk, dengar, diam, tunggu perintah guru, seragamkan buku, seragamkan pikiran, seragamkan ujian. Semua itu adalah esensi dari sebuah kurikulum. Dan itu tidak pernah berubah.

    Salah besar jika kita beranggapan bahwa kurikulum yang baik adalah kurikulum yang “tetap” atau tidak berubah, sementara kehidupan terus berubah. syarat jadi guru memang harus cerdas, yaitu guru yang mampu menghadapi tantangan kehidupan yang dinamis, mampu membaca keinginan zaman. Mendidik bukan ibarat memakaikan baju kita waktu kecil dulu kepada anak yang hidup di zaman sekarang. Bisa saja dilakukan, ukurannya mungkin pas, tapi modelnya sudah beda.

    Marilah kita berpikiran dinamis, agar jangan jalan di tempat

    wassalam
    Fikrie

  26. ngomong aja klen smuaa…

    gk da perubahan pun…

  27. hai, orang ganteng, anda adalah salah satu contoh nyata produk pendidikan Indonesia, sombong dan tak tau tatakrama. Itulah ciri orang Indonesia saat ini.

  28. Mas, bukankah pendidikan itu juga karena ada tuntutan dari masyarakat? Jadi, wajar2 saja dong, kurikulim juga berubah, karena menyesuaikan kebutuhan dan selera masyarakat.

  29. ada gk ya konsep sistem pendidikan yang jitu utk negeri kita tercinta ini, yg sesuai dgn latar kebudayaan masyarakatnya?

  30. bagaimana jadiny jika kurikulum terusz_ meneruz diganti…padahal kurikulum ean’k lama ajha blom sempurna dterapkan…..!!!

  31. seharusnya klo ingin merumuskan sebuah kurikulum, harus melakukan survey dulu, sehingga terbentuk kurikulum yang baik dan tidak terus berubah.
    seperti yang kita tahu, indonesia memiliki daerah yang sangat luas dan pemerataan pendidikan yang sudah kita ketahui sanagt tidak merata, jadi pemerintah harus lebih jeli lagi, kurikulum seperti apa yang di butuhkan olah indonesia, bukan berajaz kepentingan pemerintahan, atau perorangan semata.

  32. Kurikulum pendidikan di Indonesia terkesan diperuntukkak bagi kepentingan orang tertentu bukan untuk kepentingan pembangunan bangsa secara menyeluruh. Terbukti dengan pergantian sesuai pergantian orang (pemimpin) tanpa ada arah dan program yang jelas. Selain itu kurikulum kita juga menggambarkan ketidakkonsistenan arah kebijakan pendidikan, terlalu padat tapi tidak efektif tidak tepat guna. Yang aneh ketika diadakan perubahan kurikulum kita dengan serta merta menciblak (baca adobsi dan adaptasi) dari kurikulum negara maju tanpa memperhatikan faktor lain yang berpengaruh, misalnya : faktor pendukung sarana dan ekonomi, faktor banyaknya beban belajar, sumber belajar dan sebagainya. Pada hal kalau saja kurikulum kita lebih bercirikan ke-Indonesiaan dengan tampil sesuai diri kita sendiri maka akan lebih mengena dan lebih berdaya guna.
    Kita tampil secara natural tidaklah berarti menutup diri dari perkembangan dunia luar, tetapi menampakkan diri berdasarkan pandangan orang luar sama halnya dengan mengukur baju untuk kita di badan orang lain. Mana mungkin bisa pas? Atau mungkin tradisi kita sudah sangat mengakar “suka meniru” bukan mencipta.
    Menurut saya, “ada beberapa kelemahan mendasar pada kurikulum pendidikan kita”. Yang paling menonjol antara lain : (1). Muatannya sarat dengan mata pelajaran. (2) Lebih menonjolkan ranah kognitif (3) Lemah evaluasi (diganti tanpa melalui evaluasi) (4) Tidak mengakar pada faktor budaya bangsa. (5) Tidak bernafaskan nilai ilmiah (tidak objektif).
    Untuk mengatasi lima kelemahan tersebut maka saya sarankan perbaikan sebagai berikut :
    1. Jumlah pelajaran yang dibebankan harus dikurangi. Jurusan IPA SMA misalnya hanya dibebankan MIPA + Bahasa Indonesia dan Bhs. Inggris. Adapun pelajaran agama dan pendidkan moral dilaksnakan tersirat lebih ke pengamalan. Dapat juga dengan Sistem SKS.
    2.Sebaiknya sistem penilaian kita bukan berdasarkan angka-angka tetapi berdasarkan hasil karya. Ujian Nasional sudah harus ditiadakan. Siswa boleh dinyatakan kompoten jika mampu menghasilkan sesuatu bukan mendapat nilai 70, 80 dan seterusnya.
    3. Kurikulum boleh diganti kalau memang telah dievaluasi dengan ketat dan ternyata hasilnya kurikulum sudah tidak sesuai atau sudah tidak efektif. Pemimpin boleh berganti tapi kurikulum Pendidikan harus tetap dilanjutkan sampai adanya hasil evaluasi yang menghendaki pergantian atau perubahan.
    4. Kurikulkum kita harus merujuk pada nilai budaya bangsa sendiri. Disusun berdasarkan harkat dan martabat bangsa yang disesuaikan dengan kemapuan bangsa kita. Bukan menjiblak atau mengadopsi dan mengadaptasi dari negara manapun sebab kurikulum yang baik untuk negara tertentu belum tentu baik untuk negara lain.
    5. Harus dikembalikan pada nilai-nilai ilmiah yaitu objektif. Budaya gotong royong baik tapi kerja sama pada saat ujian sangat tercelah dan tidak menanamkan karakter PD. Apalagi kebiasaan membantu siswa pada saat Ujian Nasional sangat negatif bahkan amoral karena menanamkan kebiasaan tidak jujur sehingga memungkinkan mereka menjadi koruptor dan tidak berjiwa kesatria. Inilah juga salah satu alasan mengapa saya sarankan agar UN harus ditiadakan.

  33. Memang kurikulum selalu berubah………!!!!!!
    jadi bingung orang tua melihat perkembangan yang ada, apalagi sekarang banyak sekali kurikulum………
    Jadi kita pun tidak tau apa sih kelebihan dan kelemahan kurikulum itu sendiri……..?
    ini juga merupakan pelajaran buat jenjang pendidikan yang ada……
    TERIMAKASIH…..

  34. dimana ngebuka sejarah kurikulum…..coy

  35. Pendidikan itu sesuatu yang sangat dinamis, kalo kurikulum sebagai mainstream mengajar statis, maka suatu bangsa tidak akan maju, tidak akan mengikuti perkembangan zaman dan tuntutan zaman. Kurikulum KTSP sekarang ini menurut saya cukup bagus secara konseptual, karena kurikulum ada di tingkat satuan pendidikan, tidak dituangkan secara detil di tingkat pusat. Pemerintah pusat hanya membuat kerangka global. Cuma dalam implementasinya perangkat di satuan pendidikan utamanya guru sebagai designer pembelajaran dan pengimplementasi pembelajaran belum mengimplementasikan konsep kurikulum tingkat satuan pendidikan. KTSP, harusnya yang membuat adalah guru di tingkat satuan pendidikan, dengan mempertimbangkan kebutuhan anak didik, karakteristik anak didik, cara mereka belajar, kondisi belajar dan lain-lain yang antar satu sekolah di suatu tempat tidak akan mungkin sama dengan sekolah di tempat lain. Masih banyak guru yang mengimplementasikan kurikulum dengan paradigma lama (misalnya teks oriented), bukan memberdayakan peserta didik utk mengembangkan potensinya

  36. Ki Hajar Dewantara

    Indonesia merdeka adalah negara baru bila di bandingkan dengan Inggris, Jepang, Arab, dan negara maju lainnya. Negara yang mampu memanfaatkan peluang untuk memerdekakan diri dari penjajahan. Itu point utama yang perlu di sadari semua elemen bangsa.

    Pertanyaan terpenting untuk bisa menjawab semua permasalahan mengenai segala aspek kehidupan di negara baru ini yang akar nya adalah pendidikan yaitu ; aksara dan bahasa yang digunakan oleh bangsa indonesia yang belum sempurna sebagai jati diri bangsa yang utuh seperti Jepang , Inggris , Arab, dll. Dimana negara-negara seperti itu sudah merdeka secara utuh. Bagaimana Negara Inggris bisa mendidik anak bangsanya, begitu juga Jepang , Arab , dll. Dimulai dari mana sistem pendidikan bermula. Segala aspek kehidupan bernegaranya berkesinambungan hingga mampu bersaing di era globalisasi ini.

    Bila diingat jauh kebelakang masa lalu setiap anak bangsa Indonesia , hal yang paling utama di didik adalah baca tulis. Ini mungkin hal yang luput dari kebanyakan orang. Kemudian pendidikan sejarah dan agama sebagai pertimbangan dasar kurikulum di Indonesia.

    Tugas semua generasi bangsa Indonesia untuk sama – sama merumuskan keberagaman itu semua menjadi kesatuan yang utuh. Hingga terciptanya Negara Indonesia yang merdeka secara utuh.

    Setidaknya kita semua perlu bersyukur masih bisa merasakan pendidikan dan eksis dalam perkembangan dunia. Jauh sebelumnya ketika bangsa ini tertindas. Hanya sedikit peluang bagi setiap anak bangsa untuk bisa duduk di bangku sekolah.

    Semoga Bangsa Ini mampu mewujudkan segala cita-cita nya. Amin

  37. Tak usah membicarakan dinamis atau statis (berbelit2) yang penting adalah OUTPUT-nya. kurikulum yang selalu berubah2 sih tak masalah. hanya pertanyaannya adalah : “SEHARUSNYA PERUBAHAN ITU MENGARAH KE YANG LEBIH BAIK / MENJADI LEBIH SEMPURNA” .

    “kurikulum yang ada seharusnya menyempurnakan kurikulum yang sebelumnya
    sehingga menjadi lebih sempurna.. ” itulah konsep jika ingin mencapai kesempurnaan.

    kurikulum yang ada sekarang ini seperti kehilangan IDENTITAS! seolah-olah tak bisa berpijak pada satu konsesus atau ketetapan. nyatanya banyak konsep2 kurikulum yang satu dengan yang lainnya seolah-olah dibuang dan tak dipertimbangkan apa kelemahannya dan kemudian tak diperbaiki. ada sih mungkin sedikit yang sama tapi konsepnya tidak seperti “PERBAIKAN” namun “PERUBAHAN”. aneh ya….

    ntah benar yang saya lihat atau tidak, jika ada aja inovasi pendidikan yang muncul di luar negri langsung dipakai mentah-mentah. kenapa kita tak membuat sebuat kurikulum yang memang seperti dibicarakan oleh saudara Syarifuddin (saya sangat setuju dengan anda) : “SESUAI DENGAN BUDAYA KITA” dengan cara pengamatan dilapangan dan review sesuai dengan kurikulum yang sudah ada….

    mengapa orang-orang kita (Indonesia) tak pernah percaya diri dengan ide maupun gagasan dari bangsa kita sendiri? ada aja inovasi pendidikan dari luar langsung di review ulang supaya menyesuaikan dengan pola pendidikan luar negri. Saya katakan, tiap-tiap orang berbeda, begitu juga bangsa. mereka punya karateristiknya sendiri2.

    sebagai info, katanya sekarang ada konsep belajar SCL (Student Center Learning) inovasi dari luar negri. dan kemudian ditanamkan di Indonesia. Jujur, saya lebih bangga jika konsepnya itu berasal dari bangsa sendiri yang memang lebih mengerti bangsanya. SCL berguna bagi bangsa yang membuat ide tersebut, dan bangga dengan idenya. ide mereka sudah disempurnakan dengan kondisi dari bangsa mereka sendiri. seharusnya kurikulum Indonesia seperti itu juga, jangan plin-plan.

    KITA SAMA HEBATNYA KOK DENGAN BANGSA LAIN, NAMUN KENAPA KITA HARUS MINDER DENGAN IDE-IDE KITA SENDIRI?? SAYA KATAKAN KEPADA ANDA KALAU ANDA BELUM TAHU, KITA NEGARA PUNYA BANYAK ORANG KREATIF DALAM SEGALA HAL (khusunya yang baik2). itu pun jika metode pendidikannya sempurna.

    Note : buat “Pak Agus al muhajir” mohon “diperjuangkan” kata-kata kita semua yang telah menulis di blog ini, supaya ada realisasi walaupun cuma sedikit, sehingga bukan hanya “obrolan di warung kopi” tolong ya pak.. : )

  38. Apakah KTSP berkarakter termasuk kurikulum baru lagi ?

  39. Kurikulum perlu distandardisasi untuk bidang-bidang tertentu dan perlu mengalami perekayasaan agar lebih baik dan tidak monoton. Akan tetapi perubahan pun harus disertai dengan perubahan sikap kreatifitas para gurunya dalam mengimplementasikan kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Apabila gurunya tidak bisa mengikuti perubahan iptek dengan meningkatkan daya kreatifitas dan ada niat baik untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, maka seperti apapun kurikulum itu berubah atau direkayasa maka tetap yang bingung adalah peserta didik pula.
    Semoga bermanfaat

Tinggalkan Balasan ke erika Batalkan balasan